Selasa, 04 Maret 2014

Naskah Drama "The Other Side of Heaven"

SMA Kr. 2 binsus tomohon
THE OTHER SIDE OF HEAVEN
Landasan Alkitab     : Matius 5: 13-16

Narator            : Cerita ini diambil dari kisah nyata seorang misionaris John H. Groberg yang berasal dari Amerika. Berawal dari panggilan tugas untuk menjadi misionaris, John akhirnya memutuskan melakukan pelayaran menuju luar Amerika di daerah kepulauan Pasifik Selatan tepatnya di pulau Tonga pada tahun 50-an.
(Scene 1)
Disebuah pesta dansa
John     : (melihat Jane) Jane, bisakah kita bicara sebentar? Ada hal penting yang harus kusampaikan padamu.
Jane     : (sedikit bingung) Ya tentu saja suamiku.
Berjalan keluar ruangan yang bising
Jane     : ada apa John?
John     : Hm, aku yakin kau tahu bahwa menjadi misionaris merupakan mimpi terbesarku, dan kini kesempatan itu telah diberikan Tuhan padaku Jane. Aku ditugaskan untuk melakukan pelayanan di salah satu pulau terpencil yang bernama Tonga. Aku tahu ini berat baik untukku maupun untuk kita Jane…. Tapi…
Jane     : (menghentikan John) John, kau tahu bahwa hal inilah yang membuatku ingin bersamamu. Dan kau juga tahu bahwa tak mungkin aku dapat menghalangimu untuk melakukannya. Akupun akan ikut bersamamu John.
John     : Tidak! Kau tidak akan mungkin bisa menyesuaikan dengan keadaan yang masih begitu brutal disana Jane.. aku tidak mau membahayakanmu..
Jane     : Lalu apakah menurutmu aku bisa terus diam disini sambil menunggu suamiku tanpa melakukan apa-apa?
John     : Jane, aku paham perasaanmu tapi apa kau lupa? Ini adalah tugas panggilanku yang pertama untuk dapat menyelamatkan umat Tuhan yang tak bersalah karena ketidaktahuan mereka, percayalah padaku. Yakinlah Tuhan tak mungkin meninggalkan hambanya berjalan sendiri, aku pasti akan kembali untukmu.
Jane     : (tertawa) baiklah,, Aku sangat mengerti..
(Scene 2)
Narator           : Setelah melakukan pelayaran selama kurang lebih 1 minggu, akhirnya Ia tiba di Pulau Tonga.
Kekule : (yang merupakan perpanjangan tangan kepala suku dan penerima pesan dari luar menyambut kedatangan John dan Jane) Apa kau missioner yang diutus ke tempat kami?
John     : Oh kau kekule? Organisasi telah memberitahukan bahwa aku bisa menghubungimu saat aku tiba disini. Aku John.
Kekule : Selamat datang. Aku baru saja menerima surat bahwa tim yang lain mengalami keterlambatan sehingga mereka akan tiba disini kira-kira dalam waktu 2 bulan lagi. Oh ya, selama kau mempelajari bahasa Tonga, aku akan membantumu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Mari ikut denganku, kepala suku telah menantimu.
(menuju ke tempat kepala suku)
Narator            : Saat ia mengitari jalan menuju ke tempat kepala suku, sambutan masyarakat sekitar sangat mengejutkan. Awalnya, penyambutan adat yang dikira John penuh kehormatan ternyata penuh penghinaan dan ia mengira misinya akan gagal di sini. Masyarakat Tonga masih begitu brutal dan tak berbudaya, mereka masih menggunakan adat perang untuk menyelesaikan masalah yang ada dan tak jarang mereka masih mengonsumsi daging manusia. (Saat John lewat mereka menatapnya sangar penuh kebengisan)
(Tiba di tempat kepala suku)
(dalam bahasa Tonga)
Kekule : Samoa, misionaris telah tiba. Namanya John.
Samoa : Bawa dia kehadapanku!
(John masuk)
Samoa : (dalam bahasa yang tidak dimengerti)
John     : (berbisik kepada kekule) apa yang dikatakannya?
Kekule : Samoa berkata bahwa sebenarnya masyarakat Tonga tidak memerlukan missioner seperti kau. Tetapi karena kau sudah disini maka kau diharapkan untuk mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh Samoa.
John     : (berbicara pada Samoa) Maaf sebelumnya Samoa, tetapi melihat kondisi masyarakat Tonga saya rasa kedatangan saya sangat diperlukan guna memperbarui apa yang tidak sesuai dengan firman Sang Pencipta.
(kekule menerjemahkannya pada Samoa)
Samoa : (marah, berbicara dalam bahasa Tonga)
Kekule : (menyampaikan pada John) Samoa tidak ingin kau ikut campur dalam pemerintahan yang ia jalankan disini, kau diperingatkan untuk berhati-hati atau kau bisa saja kehilangan nyawa ditempat ini.
John     : Hm, tolong sampaikan padanya bahwa aku tidak bermaksud untuk ikut campur ataupun menganggu kedamaian tempat ini, aku hanya datang dengan maksud baik untuk menjalin kekerabatan dengan masyarakat Tonga.
(Kekule menyampaikan pada Samoa)
Samoa : (dengan suara yang lebih tenang berbicara kepada John)
Kekule : Samoa menerima maksudmu tapi tetap dalam pengawasan katanya. Sekarang kamu akan saya antar ke tempat tinggalmu.
(mohon pamit pada Samoa)
Sementara itu……… (dalam bahasa Tonga)
Lahode                        : Hei, hei, apa kalian sudah melihatnya?
Noba               : Siapa??
Napu               : Oooohh orang asing itu??
Husi                 : Sudah..sudah… Aneh
Noba               : Yang tadi lewat itu yah?
Napu               : Yaa Ampun! Ya iyaalaah dodoool..
Lahode                        : hahahaha sudah..sudah.. Katanya dia akan tinggal disini untuk waktu yang cukup lama..
Husi                 : Ngapain?
Lahode                        : Hm, tidak tahu persisnya untuk apa tapi kalau tidak salah dia mau berteman katanya..
Napu               : Berteman?! Nggak mungkin! Masa orang kayak dia mau jadi teman kita??? Nggak level dong!
Noba               : ih, sombong kamu Napu! Huh…. Mentang-mentang…
Napu               : Mentang-mentang apa?? Hayo apa? Apa?
Noba               : gak jadi! :p
Napu               : NOOOOBAAAAA!!
Lahode                        : eh sudah-sudah mending sekarang kita mencari mangsa untuk makan malam..
Semua             : ayo..ayo!
Narator            : Setelah hari itu pun, banyak hal-hal tidak menyenangkan dan peristiwa aneh yang menghampiri John. Ternyata setelah melewati masa-masa keterkejutan budaya (Culture Shock,) ia sadar bahwa penguasaan terhadap bahasa lokal diperlukan agar ia dapat diterima.. Kegigihan dalam belajar ditunjukan oleh John dengan mendalami bahasa lokal di tepi pantai selama berhari-hari, perjuangan ini membuat warga mulai bersimpati dengannya dan rela menyediakan makanan untuknya yang siang malam belajar sendiri bahasa Tonga. Setelah selesai belajar dia mencoba kemampuan bahasanya dengan semakin intensif berinteraksi dengan penduduk local yang pada awalnya mengalami penolakan luar biasa, namun John tak pernah menyerah, tidak hanya sebatas berinteraksi tapi ia juga berusaha melakukan pengajaran-pengajaran baik pemberitaan firman Tuhan maupun keahlian-keahlian lainnya.
Lahode                        : (mendatangi John) John, dapatkah kau membantuku?
John                 : Apa yang dapat kulakukan untukmu?
Lahode                        : Ayo ikut denganku. (membawanya ke pondok kepala suku)
(Scene 3) (pondok kosong)
Saat John memasuki pondok kosong itu..
(Lahode merayu John untuk tidur dengannya)
Lahode                        : Aku sangat mencintaimu John!
John                 : Tidak, itu tidak akan mungkin.. Kau harus mengerti, aku tidak bisa bersamamu, isteriku sedang menantiku disana, mana mungkin aku bersama wanita lain..
Lahode                        : Tapi.. (John pergi meninggalkan Lahode)
Narator            : Tanpa mengetahuinya, ternyata Noba yang sedari lama telah memendam perasaan terhadap Lahode melihat kejadian itu dari kejauhan, ia pun mulai membenci John yang dianggapnya telah merebut perhatian Lahode..
(Saat Sanana sedang memasak, tiba-tiba Lahode datang sambil menangis)
(Scene 4) (dapur)
Lahode                        : Ibu, kenapa seperti ini?
Sanana             : Ada apa putriku? Kenapa kau menangis?
Lahode                        : aku sakit hati bu! John tidak mau bersamaku!
Sanana             : Apa?! Jadi kau sudah mengungkapkan perasaanmu padanya?
Lahode                        : Iya bu.. Tapi ia berkata bahwa ia tidak bisa bersamaku karena wanita lain..
Sanana             : Berani-beraninya dia menolak putri kepala suku Tonga! Akan ibu beritahukan ini pada ayah..
Lahode                        : tapi bu, aku tidak mau ayah menyakitinya!
Sanana             : Tenanglah ibu akan mengurusnya..
Narator            : Setelah itu Sanana pun menceritakan kejadian itu pada Samoa. Samoa yang marah mendengar hal itu pun memanggil John untuk berhadapan dengannya.
(John datang menghadap Samoa dan Sanana)
John     : Ada apa Samoa dan Sanana memanggilku?
Sanana : Aku sebagai seorang ibu tidak menerima perlakuanmu terhadap putriku!
John     : Tetapi apa yang aku katakana pada Lahode adalah benar Sanana. Aku memang tidak bisa bersama dengannya.
Samoa : cukup! Berani-beraninya kau menolak putriku dengan cara seperti itu! Tidak ada seorangpun yang dapat memperlakukan putrid kepala suku sepertiku, apalagi oleh seorang asing sepertimu…. (Tiba-tiba Samoa kehilangan kesadaran)
Sanana : Samoa… Apa yang terjadi? Ayo bantu saya mengangkatnya. Cepat! Cepat!
John     : Sanana, tubuh Samoa sangat panas! Ia mungkin terserang penyakit.
(Lahode dan teman-temannya datang)
Lahode            : Ayah! Apa yang terjadi bu?
Sanana : Ibu juga tidak tahu. Tiba-tiba saja ayah seperti ini.
Noba   : Hah.. Pasti ini ulah orang asing ini!
John     : Apa yang anda katakan?
Noba   : Jelas saja! Sebelumnya Samoa tak pernah terbaring lemah seperti ini bukan? Tapi sekarang mengapa tiba-tiba seperti ini saat dia berada disini?! Pasti dia yang telah membuat Samoa jadi seperti ini Sanana!
Kekule : Tunggu dulu.. Ini belum tentu seperti yang dikatakan oleh Noba, John adalah orang yang baik.
Napu   : Tapi masuk akal juga apa yang dikatakan oleh Noba kan? Bisa saja dia yang menyebabkan semua ini!
Husi     : Iya betul! Kita tidak bisa percaya begitu saja pada orang asing ini!
John     : Tapi kalian tahu kan bahwa aku datang ke tempat ini untuk tugas pelayanan, tidak mungkin juga bahwa aku akan melakukan hal sekejam ini pada Samoa.
Hushi   : tidak mungkin! Kami tidak percaya!
Napu   : Dasar kamu pembohong! Kamu telah menipu kami semua.
John     : Berilah aku kesempatan untuk membuktikannya. Aku yakin, apa yang diderita Samoa ini dapat disembuhkan dengan izin Tuhan.
Lahode            : kita harus memberi kesempatan pada orang asing ini untuk membuktikan apa yang dia katakana tadi dan mungkin saja dia dapat menyembuhkan ayah.
John     : sepertinya penyakit yang diderita Samoa adalah penyakit Malaria.
Narator: Setelah mendapat kesempatan dari Sanana untuk membuktikan perkataannya, John pun mulai melakukan perawatan terhadap malaria yang diderita Samoa. Dengan begitu telaten ia merawatnya. Selain itu, dia juga membaca Alkitab dan mengajak penduduk Tonga untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Samoa.
John     : Saya akan membaca Alkitab. (Baca Alkitab)… Mari kita berdoa
(Penduduk Tonga ikut berdoa bersama-sama)
Selang beberapa waktu kemudian, keadaan Samoa semakin berangsur pulih. Penduduk Tonga juga sering datang untuk berdoa bersama-sama dengan John.
Napu   : Sepertinya kita telah salah menilai orang asing itu. Dia sepertinya orang baik-baik dan mempunyai tujuan yang baik untuk datang kemari.
Hushi   : Lihatlah, apa yang dia perbuat untuk kita selama ini. Ada banyak perubahan yang dia lakukan.
Napu   : (datang menghampiri John) lalu, apakah kita harus menyembahmu? Atau memanggilmu dewa? Apa yang kamu inginkan?
John     : Semua yang aku lakukan ini bukanlah atas kehendakku sendiri, tapi ini semua datang dari Tuhan. Semua perubahan yang kita lakukan bersama beserta kesembuhan Samoa adalah bentuk kasih sayang Tuhan.
Noba   : Jadi, siapakah Tuhan itu? Apakah dia juga akan datang kemari?
John     : Tuhan itu ada di atas sana (sambil menunjuk langit)
Noba   : Mana? Kamu mau menipu kami lagi yah?
John     : Tuhan berada jauh di atas sana. Di sorga yang indah, dan hanya akan ditempati oleh orang-orang yang mau belajar mengenalnya dan berusaha berbuat baik selama mereka hidup.
Kekule : oh, oleh sebab itukah kamu mau datang ke tempat ini? Karena kami belum mengenal Tuhan?
John     : iya, seperti itulah.
Sanana : Lalu apa yang harus kami lakukan selanjutnya?
John     : Hiduplah dengan rukun antara yang satu dengan yang lain, saling membantulah dalam mengerjakan hal yang baik dan jangan berbohong apalagi memfitnah orang lain.
Noba   : emmm, John.. ternyata kamu adalah orang yang baik. Maafkan aku tentang masalah yang lalu. Aku menuduhmu telah membuat Samoa jatuh sakit.
John     : Sudahlah… Memang tak semua orang akan langsung menerima kedatanganku, tapi pasti semuanya akan berlalu dan akan menerima kedatanganku ini.
Hushi   : Oh iya John! Tadi, saat matahari terbit aku menemukan benda ini. Ada sebuah kapal yang datang mengantarkannya.
John     : Surat? Sini, biar aku yang lihat.
(John membaca surat dari Jane)
Sanana : Apa itu John?
John     : surat dari istriku. Sebentar lagi aku akan segera kembali ke Inggris.
Napu   : Tapi John kenapa seperti ini? Kami pikir kamu akan tinggal disini bersama kami.
John     : Aku akan pergi, tapi mungkin suatu saat aku akan datang kembali bersama istriku. Jangan pikirkan itu dulu, ayo kita membuat sesuatu yang kalian butuhkan.
(Scene 5) (tepi pantai)
Narator: John dan penduduk Tonga bekerja sama membangun tempat permandian dan membuat pondok untuk melakukan kebaktian. Sementara para perempuan memasak masakan untuk mereka. Bukan hanya itu, tapi ada banyak perubahan dan pelajaran yang diberikan.
(1 minggu kemudian)
Sanana : Apa kamu yakin akan pergi sekarang? Apakah kamu tidak ingin tinggal?
Penduduk Tonga         : Iya, kami tidak ingin kamu meninggalkan tempat ini!
John     : Aku harus kembali untuk istriku, aku juga akan melakukan berbagai pelayanan di tempat lain. Yaitu ketempat orang-orang yang belum mengenal Tuhan, seperti kalian dulu.
Samoa : Semoga Tuhan memberkati pelayananmu.
John     : Terima kasih Samoa. Terima kasih penduduk Tonga.
Penduduk Tonga: Terima kasih John.
Noba   : Ayo, aku yang akan mengantarmu kembali.
John     : Terima kasih penduduk Tonga, Tuhan memberkati kalian semua! Sampai bertemu jika Tuhan mengizinkan.
(saling melambaikan tangan) 
Narator : Kepulangan John ke Amerika dengan membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat Tonga mulai dari infrastruktur, fasilitas umum sampai pada moralitas penduduk yang lebih baik. Sepulang dari Tonga, John kemudian melanjutkan tugas sebagai minionaris dan kerap mengunjungi penduduk pulau Tonga.
Melalui cerita ini, marilah kita menjadi garam dan terang dunia yang mau menempatkan diri kita dimana saja kita diutus untuk menghadirkan perubahan di dalam Tuhan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar