Kamis, 06 Maret 2014

Cerpen Persahabatan | Cinta


"Pertama Bukan Segalanya"
Diantara kesibukan orang-orang yang ada di dalam rumah di sudut kota Amurang, sang anak perempuan dari keluarga ini masih saja berselimut dan tak memperdulikan weker yang berbunyi sejak sejam sebelumnya. Waktu menunjukkan pukul 06.30, tapi tak ada tanda-tanda untuk Amanda bangun. Keadaan didalam rumah terasa begitu asing untuknya sehingga membuat dia tidak ingin membuka matanya dan menikmati indahnya pagi itu. Ayah yang sejak dua tahun yang lalu telah kembali ke pencipta, mama yang sibuk untuk mencari nafkah, dan Manda yang sebenarnya tidak ingin merasakan hidup ini jika selalu dirasa asing. Rumah yang dulu dipenuhi canda tawa, kebersamaan dan kehangatan hilang sejak ayahnya meninggal.
Dari lantai bawah mama Manda sedang bersiap untuk pergi ke kantor. “Manda.. Amanda.. kamu sudah bangun?” mamanya berteriak karena kamar Manda berada dilantai dua. Tak ada jawaban yang terdengar membuat mamanya harus merelakan waktunya untuk membangunkan anaknya.
Didepan rumahnya dia terlihat cantik dan dewasa walaupun dengan seragam sekolahnya. Tiba-tiba sebuah mobil sedan biru terparkir didepannya. Kaca terbuka dan dilihatnya ternyata Brian yang siap dengan seragamnya untuk kesekolah. “ayo masuk. Kamu tidak ingin terlambatkan?” kata Brian.
“hei, ini mobil siapa yang kamu curi? Kata Amanda bercanda
“apaan sih. Ini mobil baru aku. Kamu lupa ya, ini hadiah ulang tahun aku.” Jawab Brian. Manda membuka masuk ke mobil dan duduk kursi samping Brian. “oh ini mobil yang kamu banggakan? Biasa saja” kata Manda sambil tertawa meledek. “tunggu saja sampai mobil ini aku modifikasi.” Jawab Brian sambil melaju dengan mobil barunya. Di dalam mobil, mereka bercerita dan bercanda sampai tiba di sekolah mereka. Mereka masuk kelas terpisah karena Manda kelas 3 B dan Brian kelas 3 A.
Bel sekolah berbunyi pertanda jam pelajaran telah selesai. Seperti sepasang kekasih mereka tidak pernah pisah kalau diluar kelas. Brian yang lebih dulu keluar kelas menunggu Manda di depan ruang kelasnya. Saat istirahat mereka makan dan berjalan bersama. Seperti sahabat atau kekasih yang tidak bisa lepas. Sampai tak ada yang bisa dekat dengan salah satu dari mereka.
Brian terkenal dikalangan sekolah karena dia berprestasi, tampan, tidak sombong dan jago bermain gitar. Sedangkan sahabatnya Manda tidak kalah tenar, dia pintar di kelas, cantik walapun gayanya yang cuek membuat dia terlihat gadis yang tomboy dan juga kapten tim basket putri disekolahnya.
Setelah bel pelajaran selesai mereka pulang bersama mengendarai mobil sedan biru milik Brian. Hari itu terasa panjang bagi Manda karena harus tinggal di rumah yang begitu sepi seperti dirinya. Tak seperti hari biasanya, kalau Manda menelepon Brian, dia selalu menemani Manda. Namun hari itu Brian harus menemani mamanya ke Manado. Tak disangka, Brian datang ke rumah Manda. Brian ingin menjemputnya. “selalu begini, tidur dengan seragam sekolah. Ayo cepat bangun. Ikut aku. Kamu nggak mau kesepiankan?” kata brian yang menarik Manda berdiri dari tempat tidurnya. “maksudnya? Kamu kan mau ke Manado dengan tante Dian?” kata Manda. “iya. Makanya kamu cepat siap-siap, ikut aku ke Manado dengan mama. Aku bilang kamu sendiri di rumah, jadi kata mama kamu harus ikut” “aku tidak mau. Aku tidur aja” “ya sudah. Kalau kamu ingin sendiri.” Kata Brian. “Oke aku ikut. Aku tidak mau sendiri disini. Aku siap-siap dulu”. Setelah itu mereka meninggakan rumah Manda dan menjemput mama Brian lalu ke Manado. Brian mengantar mamanya ke tempat arisan dan mereka melanjutkan ke pusat perbelanjaan di Manado. Kalau tidak ada Manda, pasti hari ini akan terasa bosan untuk Brian. Mereka sibuk jalan-jalan dan melihat-lihat jika ada yang ingin dibeli. Mereka begitu dekat dan serasi.
Setiap hari mereka lebih dekat. Namun kedekatan itu sedik berkurang ketika Brian bertemu dengan seorang cewek yang dijadikannya pacar. Mereka tidak lagi sedekat dulu. Sampai teman-teman mereka piker bahwa terjadi perang dunia ke 3 antara mereka berdua. Memang saling bagi perhatian tidak berkurang antara mereka karena perhatian itu di salurkan melalui SMS atau BBM. Namun waktu berdua mereka sangat berkurang. Dan itu membuat Amanda harus menata hidup barunya tanpa Brian lagi sahabat kecilnya itu.
Untuk menghilangkan rasa bosan dan sepi setelah pulang sekolah dia lebih sering tinggal di sekolah, bermain ataupun mengajari adik kelasnya basket untuk pertandingan bulan depan. Sedangkan Brian lebih sering bersama pacarnya yang lebih tua dua tahun darinya dan sudah kuliah.
Amanda jika di rumah hanya didalam kamarnya menyibukkan diri dengan fasilitas yang diberikan orang tuanya. Saat itu manda dekat dengan beberapa pria yang menunjukkan perhatiaan padanya. Sifat Manda yang cuek, kadang itulah yang membuat pria jatuh cinta padanya.
Manda mulai berkencan biasa dengan pria yang dekat dengannya. Lewat kencan itu ada pria yang menyerah dengan Amanda, namun ada satu pria yang lebih tua dua tahun darinya tetap ingin dekat dengan Manda. Hal itu membuat Manda merasa pria itu spesial.
Albert itulah pria spesial yang dekat dengan Manda, yang membuat dia merasa lebih bahagia.
Saat akhir pekan, Albert main ke rumah dan bertemu dengan mamanya. Tak menyangka Albert adalah orang kedua yang dekat dengan mamanya setelah Brian.
Albert kuliah di Bandung. Di Manado dia hanya liburan dan menjunguk oma dan opanya. Albert sudah sangat dekat dengan Manda. Dan akhirnya mereka jadian.
Pagi itu, Albert menjemput Manda untuk ke sekolah. Didepan sekolah Manda turun dari mobilnya dari kejauhan Brian melihat Manda turun dari mobil orang yang tak dia kenal. Brian berjalan mendekat dan menegur Manda. “itu siapa?” kata Brian.
“itu pacar aku.” Jawab Manda, dari mobil Albert hanya memperhatikan mereka berdua. “sejak kapan? Kenapa kamu tidak pernah cerita dan kenalin.” Kata Brian dengan kesal. “sudah beberapa lama.” “sayang kesini dulu, aku mau kenalin kamu dengan teman aku” sambung Manda. Albert cepat-cepat keluar dan berkenalan dengan Brian. Manda menjelaskan siapa Brian kepada Albert begitupula dengan Albert dia jelaskan kepada Brian. Tampak wajah Brian tidak suka dengan pria yang kini menjadi orang terdekat dengan sahabatnya. Albert pulang dan mereka pergi ke kelas masing-masing. Seharian itu mereka berdua tidak saling melihat.
Manda mengeraskan hatinya untuk menegur Brian lebih dulu, begitu pula dengan Brian. Persahabatan itu seakan sudah sangat hancur, tak ada kisah indah lagi yang mereka ukir bersama. Ada kesepian dan rindu dihati mereka masing-masing, tapi keegoisan yang tertanam dalam hati kedua sahabat ini lebih besar sehingga mereka enggan bertegur sapa.
Hari ini Manda diperlakukan khusus oleh Albert. Pulang sekolah kali ini Albert menjemput Manda didepan sekolahnya. Menggunakan Kaos putih yang melekat ditubuhnya menunjukkan kegagahannya, bukan hanya itu celana panjang biru, dan kacamata yang digunakan Albert, membuat setiap wanita yang melihatnya terpesona. Senyuman yang dilemparkan bagi setiap wanita yang dilewatinya membuat wanita jatuh cinta. Albert terlihat sangat tampan, gagah dan bergaya.
Manda berencana hari itu pulang terlambat karena ada latihan basket. Di lapangan diapun terlihat gagah dengan kostum basketnya, dengan mahir dia memainkan bola besar itu dan dimasukkan kedalam ring dengan sempurna, padahal siang itu matahari terasa begitu panas dan bisa membuat kulit hangus benar. Dari kejauhan Albert memperhatikan dengan saksama setiap gerakan yang dibuat Manada. Kadang Albert harus tertawa karena hal-hal tertentu dari setiap gerakan yang dibuat Manda. Disudat yang lain, Brian juga memperhatikan Manda yang sedang sibuk dengan bola besar itu. Dari sisi hatinya dia merasa kehilangan sosok sahabatnya, namun dipikirannya dia menyugesti Mandalah yang salah selama ini. Terjadi peperangan antara hati dan pikirannya. Dia tak bisa berpikir untuk sebuah keputusan yang membuat problema hatinya berakhir.
Akhirnya sebuah keputusan diambilnnya. Dia ingin mendekati Manda, dan membicarakan setiap masalah bersama. Ragu sebenarnya dihatinya, namun dia mencoba melangkah dan menyakinkan dirinya sendiri untuk bertemu sahabatnya. Tiba-tiba ada sosok yang dikenalnya belum lama ini mendekati sahabatnya. Langkahnya terhenti dan amarah menyelimuti seluruh hati dan pikirannya. Cinta itu seketika berakhir diganti kekecewaan yang mendalam.
Di lapangan dibawah terik matahari, Albert yang tidak tahan melihat pacarnya harus berpanas-panasan, membawa sebotol air dan handuk kecil untuk mengusap keringat Manda. “Albert sejak kapan kamu disini? Kenapa tidak telepon Manda dulu?” kata Manda. “untuk apa Albert telepon, akukan kangen pacar aku? Sudahlah diam. Ini cepat minum Manda” jawab Albert. Sementara Amanda minum, Albert dengan lembutnya mengusap keringat manda dengan handuk kecil yang dibawahnya. Kejadian menyakitkan hati Brian itu membuat dia lebih membenci sahabatnya. Dia pergi secepat mungkin dari sekolah.
Hati Amanda lebih meluluh pada sosok pria yang kini dimiliki sebagai pacarnya. “sayang, kita jalan ya hari ini. Albert sudah minta izin pada tante Angely, Manda boleh jalan sama aku.” Kata Albert “kita mau kemana? Pakaian manda begini.” Kata Manda “nggak apa-apa. Kalau kamu nyaman seperti itu, tidak masalah buat aku.”
“aku tidak nyaman, Albert. Kamu kan orangnya usil, aku harus ganti pakaian. Albert sudah sekeren ini, tidak mungkin pacarnya bergaya kacau begini.” Kata Manda. Hal itu membuat Albert tertawa dan memanjakan Manda dengan mengelus-elus rambutnya.
Sikap itu sudah lama tidak dirasakannya. Terakhir kali saat bersama Brian, karena Brian selalu melakukan hal itu.
Didalam mobil, terlihat kedekatan mereka senyuman tergambar di wajah keduanya. Manda masih bingung mereka akan kemana. Tiba-tiba telepon seluler Manda bordering, dilayar tertulis Brian. Brian menelepon untuk mengajak bertemu. Tapi disayangkan Manda tidak bisa karena sedang bersama Albert.
Mereka berhenti disebuah rumah putih bertingkat disalah satu perumahan mewah di Manado. Manda bertanya rumah siapa ini. Namun tidak ada yang dikeluarkan pacarnya, hanya senyuman dan isyarat untuk ikut bersamanya. Dibukanya pintu gerbang dan mereka masuk, tanpa permisi Albert langsung masuk kerumah itu seakan dia tahu benar pemilik rumah itu.
Dari arah ruang keluarga keluar seorang nenek yang tersenyum melihat kedatangan mereka. Dari raut wajahnya dia sedang menanti kehadiran mereka. “Albert sudah tiba, oma.” Kata Albert yang berjalan menuju arah nenek lalu mencium pipi neneknya. “oma ini Amanda, pacar aku yang sering aku ceritakan” kata Albert “Manda kesini, salamin oma” lanjut Albert “Amanda, oma.” Kata Amanda sambil memberi salam dan nenek mencium pipinya.
Albert, Amanda dan neneknya menuju ruang makan, disana telah ditunggu oleh kakek Albert. Seperti pertemuan pertama dengan nenek, begitu pula yang dilakukan Amanda saat bertemu kakek Albert. Selayaknya seorang cucu sendiri, mereka memperlakukan Amanda sangat baik. Mereka begitu peduli dan memperhatikan Amanda, begitu pula dengan Amanda. Sehingga mereka dapat menciptakan suasana yang baik dan hangat saat pertemuan pertama itu dan prtemuan selanjutnya.
Tibalah hari dimana Albert harus kembali ke Bandung karena hari liburan sudah selesai, tugasnya di salah satu kampus ternama di Indonesia sebagai mahasiswa menanti.
Tidak ingin rasanya berpisah dari kebersamaan yang diciptakan pasangan ini. Namun hal itu harus terjadi untuk cita-cita Albert.
Albert memilih untuk kembali ke Bandung hari Minggu, sehingga Amanda punya waktu bersama dia sehari sebelum keberangkatannya. Hari sabtu itu, Albert rela menunggu Amanda di sekolahnya untuk menjemput dia. Bel berbunyi pertanda pelajaran berakhir. Amanda secepat mungkin menuju halaman sekolah karena dia tahu bahwa Albert telah menunggu dia. Tanpa diketahuinya, Brian melihat Manda yang berlari menjadi penasaran dan mengikutinya.
Di halaman sekolah. Amanda telah di tunggu Albert. Keduanya berpelukan dan Albert mencium dahi Amanda. Peristiwa itu terekam jelas oleh Brian dan membuat dia tak ingin menjadi sahabat Amanda lagi. Dipikirnya Amanda tidak punya waktu untuk bersama dengannya, dan menjadi egois. Hal itu membuat lebih jauh dari persahabatan mereka.
Mereka melaju dengan mobil Albert menuju Manado, mereka bersama seharian, berbagi cinta, canda, tawa, cerita, dan mengukir janji. Kadang mereka menjadi kekanak-kanakkan karena berlari-larian kecil di pusat perbelanjaan dan dilihat orang lain. Sikap yang tak pernah diperlihatkan Manda akhirnya ditunjukkan dihadapan Albert. Dia menjadi sangat manja sehari sebelum keberangkatan pacarnya. Dia sering merengek jika permintaannya tidak dikabulkan atau kejailan Albert. “Manda, besok aku pulang. Manda tidak boleh nakal. Aku percaya kamu, tolong jaga ya.” kata Albert
“aku bukan orang yang suka dengan kata janji, tapi aku akan berusahan untuk menjaga hubungan kita. Kamu jangan pernah mencoba untuk menyakiti aku.” Kata Manda
“kita saling percaya, tapi kalau kamu ingin cemburu, tidak apa-apa. Karena akukan ganteng, banyak yang mengagumiku.” kata Albert hanya melirik dan tersenyum kecil kearah Amanda
“apaan sih. Awas kalau kamu nakal ya.” kata Manda.
“iya sayang. Jagain oma dan opa aku ya. awas kalau mereka sakit lalu kamu tidak mengurus mereka.” Kata Albert yang lagi-lagi bercanda dan diikuti tawa dari mereka berdua
Hari itu Albert berangkat, Amanda mengantar sampai ke bandara. Perpisahan itu tidak diiringi dengan tangis, karena mereka harus menjadi kuat. dan mereka yakin ini bukanlah perpisahan.
Manda menjalani hari-hari seperti biasanya namun tak bersama Albert lagi.
Beberapa bulan berlalu, Amanda masih menjalin hubungan jarak jauh dengan Albert sejalan dengan bulan yang berlalu. Waktu berlalu begitu cepat terasa. Sehingga tiba saatnya bulan dimana Manda harus mengikuti ujian nasional. Manda harus belajar lebih giat lagi untuk lulus dengan hasil yang diharapkan. Albert memahami situasi itu, dn tidak melakukan banyak komunikasi dengan Amanda. Dia memberikan semangat dan doa untuk pacaranya di Manado.
Ulangan atau ujian sebelum-sebelumnya, Amanda selalu belajar bersama Brian. Sehingga membuat kedua orang tua mereka terheran-heran kenapa sikap mereka seperti itu. Namun orang tua mereka tidak berani untuk mencampuri segala urusan mereka.
Seminggu sebelum ujian, tampa sengajah Amanda bertemu Brian. Mereka saling bertatapan, dan beradu tatapan. Seakan tatapan itu menjelaskan semuanya.
Mereka memutuskan untuk duduk dan bercerita segala yang terjadi antara mereka. Adu mulut terjadi, namun kesakitan itu dikeluarkan semuanya, dan sedikit demi sedikit kekerasan hati mereka mulai luluh. Akhirnya mereka mulai mendapatkan akhir dari permasalahan dan gejolak hati mereka.
Brian sempat mengutarakan perasaannya ketika marahan dengan Manda. Begitu juga dengan Manda. Dan perasaan itu ternyata rasa saling mengagumi atau mencintai. Tapi mereka memutuskan untuk tetap bersahabat, dan perasaan itu dibiarkan tertanam di hati masing-masing namun berubah menjadi perasaan terhadap sahabat. Keputusan itu, hanya diterima sedikit oleh Brian. Karena perasaannya belum bisa berubah secepat itu.
Sejak saat itu mereka kembali jalan bersama, seperti sedia kala. Seminggu itu, mereka belajar bersama. Hari demi hari berlalu, kedekatan mereka kembali. Tibalah hari dimana mereka harus menghadapi ujian nasional. Saling memberi kekuatan dan semangat. Tidak lupa juga Albert selalu mendukung Manda, dan dia senang ketika Amanda dan Brian kembali dekat.
Empat hari ujian mereka sanggup lewati, kini berdebar hati mereka untuk menunggu hasil ujian. Sempat mereka mengikuti beberapa tes Universitas bersama. Namun cita-cita Amanda mengharuskan dia harus kuliah ditempat paarnya di Bandung.
Sedangkan Brian mendapat beasiswa keluar negeri yang sebenarnya Amanda juga mendapat beasiswa yang sama.
Ketika mengetahui Amanda lebih memilih kuliah di Bandung dibandingkan dengannya di luar negeri. Hati Brian seketika sakit. Dia tak ingin berakhir seperti dulu. Sehingga dia membiarkan sakit itu dirasa sendiri. Dia pikir masih banyak waktu untuk mereka bersama sehingga mengobati hatinya yang hancur.
Sebelum kesibukan masuk kuliah, Amanda dan Brian menghabiskan waktu bersama, jalan-jalan, pergi ke suatu tempat didalam kota atau diluar kota. Kebersamaan itu mereka manfaatkan dan abadikan dalam foto-foto. Terlukis diwajah keduanya, mereka saling menyayangi dan tak bisa saling melupakan dari lemparan senyuman yang di alamatkan untuk salah satu dari mereka dan tatapan yang menyatakan tak ingin berpisah.
“kamu serius tidak ingin pergi ke luar negeri bersama aku? Disana kamu bisa belajar dan menggapai cita-citamu lebih dari di Indonesia.  Kamu bisa terus bersama aku, tidak harus terpisah seperti dulu atau sekarang ini.” Kata Brian
“jangan buat aku jadi ragu dengan keputusanku. Aku ingin kuliah di luar bersama kamu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan mama, dan kamu tahu aku tidak bisa tanpa Albert.” Kata Amanda
“kenapa harus Albert? Sekarang dia yang segalanya. Aku bukan siapa-siapa.” Kata Brian dengan nada keras
“bukan seperti itu. Aku harus adil. Kita telah bersama sejak dulu. Tolong kamu mengerti.” Kata Manda
“kamu ingin aku mengerti. Tapi kamu tidak mengerti aku. Sekarang, pertama bukan segalanya.” Kata Brian
“Brian, tolong jangan bertingkah kekanak-kanakkan. Jangan membuat kebersamaan ini hancur karena keegoisan kamu.” Kata Manda
“oke. Aku yang egois. Kita pulang sekarang. Aku tidak ingin berbantah dengan kamu.” Kata Brian
Mereka pulang dengan suasana bisu didalam mobil.
Sampai hari keberangkatan, mereka tidak pernah bertemu. Hanya karena jadwal penerbangan sama, maka mereka harus berangkat bersama.
“maaf kalau aku marah waktu lalu. Aku hanya tidak suka kamu lebih mementingkan dia. Walaupun dia itu pacarmu.” Kata Brian
“iya. Aku juga tahu aku salah. Aku minta maaf.” Kata Amanda lalau mereka pelukan.
Tujuan mereka sama ke Jakarta lalu ke tujuan masing-masing.
Di bandara di Jakarta, Albert telah menunggu Manda.
Masih didalam pesawat Brian dan Amanda, banyak bercerita dan berjanji untuk persahabatan mereka.
Air mata meleleh dari mata Manda yang cantik dan kesedihan yang amat besar tergambar di wajah Brian.
Saat mereka harus keluar dari pesawat, mata Manda tertuju kepada pria yang dicintai yang setia menunggunya. Mereka berjalan menuju Albert. Amanda langsung dipeluk Albert dan diciumnya di dahinya. Kejadian menyakitkan hati brian itu terpaksa harus dilihatnya, senyuman kecil keluar dari mulitnya. Brian harus tersenyum walaupun sakit yang dirasa.
“oh iya, aku harus pergi. Manda, kamu harus hati-hati, jaga kesehatan kamu, jangan lupa kalau ada apa-apa hubungi aku, harus rajin, jangan nakal.” Kata Brian sambil memegang bahu Amanda.
“siap bos.” Manda seakan menyakini sahabatnya
“Albert aku pergi. Kamu harus menjaga Manda baik-baik.” Brian berjalan menjauh dari mereka diiringi lambaian tangan. Hampir setengan perjalanannya Manda mengejar Brian dan memeluknya, setelah beberapa lama mereka pelukkan, “aku menyayangi dan mencintai kamu, mungkin lebih dari sahabat.” Mengakhiri perkataan Brian, dia melepaskan pelukan manda yang sudah meneteskan air mata.
Persahabatan sejak kecil itu seakan berakhir bersama perpisahan sahabat kecil itu. Kehidupan harus memilih. Persahabatan dan percintaan adalah bagian dari kehidupan.
TAMAT




Biodata Penulis

“If they don’t laugh at you and your dream, your dream ain’t big enough! Dream, believe and make it happen.”
Nama              : Florence Filly Umpel
Tempat Tanggal Lahir    : Manado, 29 November 1996
Alamat            : Kel. Ranoiapo, Kec. Amurang
Sekolah           : SMA Kristen 2 Binsus Tomohon
Kelas             : XII IPA 1




Tidak ada komentar:

Posting Komentar