Kamis, 13 Februari 2014

Essay "Lumba-Lumba Lebih Baik di Tempat Penangkaran Daripada di Habitat Asli" | Indonesia

Lumba-Lumba Lebih Baik di Tempat Penangkaran Daripada di Habitat Asli
by Florence Umpel
SMA Kristen 2 Binsus Tomohon-2014

Suatu pemandangan yang indah jika melihat lumba-lumba berenang di lautan bebas. Hewan ini salah satu mamalia yang cerdas. Sistem alamiah yang melengkapi tubuhnya sangat kompleks, membuat banyak teknologi terinspirasi dari hewan ini. Misalnya kulit lumba-lumba yang mampu memperkecil gesekan air sehingga lumba-lumba dapat berenang dengan hambatan air yang sedikit. Sehingga para perenang merancang baju renang mirip kulit lumba-lumba. Ada juga sebuah sistem yang digunakan unutk berkomunikasi dan menerima rangsang yang dinamakan sonar. Sistem ini membuat lumba-lumba bisa menghindar dari benda-benda asing yang ada di depan mereka sehingga menghindari benturan. Sistem itupun digunakan dalam pembuatan radar kapal selam.
Lumba-lumba hidup di laut dan sungai di seluruh dunia. Mereka adalah binatang menyusui. Lumba-lumba tergolong dalam kingdom Animalia, filum chordate, dengan kelas mammalia, ordonya cetacea, upaordo odontoceti, serta family Delphinidae. Ada 40 lebih jenis lumba-lumba.
Kecerdasan lumba-lumba membuat mereka bisa menolong manusia. Bahkan jika mereka sudah terlatih, lingkaran api bisa mereka terobos. Namun lumba-lumba liar belum bisa melakukan atraksi, lumba-lumba yang terlatih yang bisa melakukan banyak atraksi.
Kecerdasan ini bisa di manfaatkan dengan baik, namun ada juga yang menyalahgunakannya. Lumba-lumba yang seharusnya hidup di habitat mereka, tetapi sekarang banyak tempat penangkaran yang memelihara lumba-lumba dan memanfaatkannya untuk tujuan pariwisata.
Apakah kalian sudah pernah menonton sirkus lumba-lumba? Kalau aku ingin melihat atraksinya bukan di sirkus kolam yang menjebak hewan ini, melainkan akan lebih menarik dan menantang untuk melihat langsung aksinya di lautan lepas karena disitulah tempat asalnya. Lumba-lumba bukan berasal dari penangkaran melainkan dari laut lalu di tangkap oleh orang-orang yang hanya mementingkan kehidupan mereka.
Hewan cerdas ini dipaksa untuk masuk kedalam jala lalu di bawa ke tempat penangkaran, dilatih, lalu di jadikan hewan sirkus atau diperjual belikan untuk menghasilkan keuntungan yang besar bagi manusia.
Cara manusia yang akan menangkap hewan ini misalnya, jala dilepas melalui kapal-kapal nelayan, selanjutnya ada yang ditugaskan untuk memunculkan suara bising, sehingga lumba-lumba masuk ke perangkap mereka untuk digiring ke teluk. Kepekaan terhadap suara, sehingga mereka berenang secepat mungkin untuk menghindari kapal. Namun karena jala itu mereka kesusahan untuk berenang ke laut lepas. Selanjutnya masing-masing lumba-lumba di periksa satu persatu, di seret dan dipaksa masuk ke kolam penangkaran untuk menjadi hewan sirkus.
Belum lagi jika pemindahan tempat dari laut ke penangkaran harus menggunakan pesawat. Tekanan yang tinggi dari pesawat bisa mengakibatkan kematian bagi lumba-lumba, karena lumba-lumba memiliki pendengaran yang jauh dari pendengaran manusia. Lumba-lumba akan stress jika mengalami tekanan tinggi suara.
Ketika hewan lucu ini dikirim, mereka mengolesinya dengan mentega dan di bungkus dengan kain basa. Tujuannya untuk melembabkan tubuh mamalia pintar ini. Betapa kasihannya lumba-lumba jika diperlakukan seperti itu.
Lebih dari itu, jika lumba-lumba bisa selamat dari ketersiksaannya dalam proses pengiriman, lumba-lumba akan di pelihara di kolam. Tingkat lumba-lumba akan mengalami stress akan lebih besar ataupun terancam meninggal karena hal itu. Dalam kolam bisa terjadi infeksi bakteri, bahkan banyak suara yang mengganggu. Ataupun lumba-lumba yang biasa berenang hingga 40 mil perhari, namun sekarang di perkecil dengan ukuran kolam yang tidak lebih besar dari habitat aslinya. Hal itu menyebabkan keterbatasan untuk berenang dan memperkecil waktu kehidupan lumba-lumba. Bisanya hidup sampai 5 tahun, tapi jika di penangkaran bisa hanya 5 tahun.
Disayangkan jika hal itu terjadi, karena lumba-lumba akan terancam punah. Ric Barry O’Feldman yang lebih di kenal dengan nama Ric O’Barry yang adalah mantan pelatih lumba-lumba untuk film Hollywood mengatakan bahwa penangkaran bukan jawaban terbaik dari kelangsungan hidup lumba-lumba. “Anda harus melihat mereka (lumba-lumba) di alam untuk mengerti bahwa penangkaran bukanlah jawabannya.” Kata O’Baary dalam diskusi “Wildlife Protection Series – Dolphins.” Di Jakarta, Selasa (5/2).
Di lautan lepas, lumba-lumba berenang hingga berkilo-kilo meter, bersosialisasi dan menjelajah, namun dalam wadah sirkus ataupun taman hiburan, mereka akan menjadi stress dan berusia pendek, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Fisik mereka akan rusak karena klorin membakar mata dan kulit mereka. Kondisinya akan lebih baik jika di habitat asli di bandingkan di kolam penangkaran, karena sistem kekebalan tubuhnya akan menurun. Bahkan untuk melakukan penelitian terhadap lumba-lumba bukan saat mereka berada di kolam, tapi data akan lebih valid jika dilakukan di alam bebas.
Kita harus menjadi pintar dan jangan menyalah artikan tampang lumba-lumba yang selalu tersenyum dan ceria karena tidak semua tampang yang ditunjukkan benar-benar apa yang mereka rasakan. Kecerdasan lumb-lumba membuat mereka bisa merasakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Menurut Bossart et al. (2001) lumba-lumba laut Atlantik memiliki jumlah eritrosit 2,9-5,4 juta/mm3,
kadar hemoglobin 12,4-15,4g% dan nilai hematocrit 36,2-51%.  Jika dibandingkan dengan data itu, lumba-lumba di perairan Laut Jawa sebelum penangkaran masih berada di range yang sama. Setelah di taruh dalam penangkaran, lumba-lumba memiliki jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematocrit yang lebih tinggi jika dibandingakan dengan data itu.
Jika saja lumba-lumba bisa berbicara kepada manusia, pasti dia telah mengatakan betapa tersiksanya dia dengan perlakuan manusia yang hanya mementingkan kehidupan mereka. Kalaupun lumba-lumba harus berada di penangkaran itu karena mereka sedang sakit atau terluka, tapi setelah sembuh harus di lepaskan lagi ke laut.
Di kolam mereka hidup bertahun-tahun seperti halnya di penjara. Kebebasan mereka di tahan untuk beberapa waktu lamanya. Jika manusia kebebasannya di kekang, itu melanggar HAM dan kedaulatan Allah. Seharusnya lumba-lumba juga harus diberikan hak untuk hidup bebas, karena mereka juga hewan ciptaan Tuhan Allah.
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi Lumba-lumba adalah Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dimana didalam lampirannya ditegaskan bahwa Lumba-lumba adalah mamalia laut yang dilindungi oleh Undang-undang.
Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. S.297/IV-KKH/2013, tanggal 19 Juni 2013, tentang peningkatan pengelolaan Lumba-lumba yang intinya peragaan Lumba-lumba tidak dilakukan, sebatas hanya menjadi lembaran surat. Sirkus keliling Lumba-lumba tetap beroperasi di beberapa kota-kota besar dan bahkan meluncurkan program baru di penghujung tahun dengan bis keliling satwa Lumba-lumba ini harus segera disikapi.
Untuk melihat betapa hebatnya Allah lewat lumba-lumba lebih baik melihat itu secara alami di laut bebas, ketika mereka bersenang-senang dengan kawanan mereka atau manusia sendiri, hal itu akan lebih indah dan menyenangkan. Tak ada stress ataupun tekanan pada lumba-lumba. Kita pun akan terasa lebih terhibur dengan hal itu.
Mungkin para pembuat penangkaran lumba-lumba tetap pada pendapat mereka tentang lumba-lumba di tempat mereka daripada di lautan bebas. Hal itu karena sikap kemanusiaan mereka misalnya keegoisan mereka muncul. Padahal tidak seharusnya mereka ditempat yang tidak semestinya.
Jangan sampai hewan yang cerdas, baik, lucu dan unik ini dibiarkan stress terus menerus sehingga berusia pendek dan mengakibatkan kepunahan. Berhentilah untuk menjadikan lumba-lumba sebagai hewan sirkus. Keluarkan mereka dari kolam dan lepaskan ke tempat yang semestinya, agar raut muka mereka yang selalu ceria benar-benar menggambarkan keceriaan mereka. Dan berhentilah berprilaku seperti manusia yang tidak memiliki pengetahuan, dan akal budi.                                                                                                                                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar